
KABARBETA.COM, Ambon– Indonesia Timur kini tidak hanya dibayangkan sebagai satu kesatuan geografis-teritori, lebih dari itu sebagai satu kesatuan politik. Indonesia Timur tidak hanya terbatas pada topik tradisi atau model relasi dalam masyarakat, tetapi nasional juga masalah nasib dalam bingkai pembangunan.
Di dalam bingkai itu bisa ditemukan narasi tanggung jawab, kemiskinan, ketertinggalan, dalam berbagai aspek terkhususnya infrastruktur dan ekonomi masyarakat, yang terbentang masif sebagai diskursus wajib komunitas Indonesia Timur dari NTT, Maluku, sampai pedalaman Papua.
“Konteks yang begitu strategis direspon dengan cara yang cerdas oleh kaum pandai-terpelajar, terkhususnya mahasiswa yang juga memiliki fungsi strategis untuk mengawal sekaligus mengontrol jalannya pembangunan Indonesia Timur, kini dan nanti,” ujar James Pakniany.
Atas Urgensi itu, diskusi dengan tema Peran Serta Mahasiswa dalam Mewujudkan Pembangunan dan mendukung Kesejahteraan di Kawasan Indonesia Timur, dirumuskan oleh GMKI Cabang Ambon, pada 29/11/20. Diskusi itu dipantik oleh James Pakniany dan dipandu langsung oleh moderator Benico Ritiauw, dan dihadiri oleh peserta dari beragam kalangan mahasiswa.
Dalam diskusi itu, James Pakniany melihat pelajar yang memiliki peran yang sangat strategis dalam mengawal pembangunan. Olehnya, mahasiswa tidak hanya terlibat sebagai agent of change tetapi juga sebagai agent of control , kaum intelektual, juga sebagai duta, yang berfungsi dalam mengawal pembangunan daerah dan juga nasional. Imbuhnya,
“Mahasiswa tidak boleh menjadi beban bagi masyarakat, sebaliknya mahasiswa harus hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat,” katanya.
Dia mengatakan, mahasiswa memiliki peranan penting sebab mahasiswa diperlengkapi dengan pengetahuan (pengetahuan) dan juga jaringan yang akan sangat berguna ketika diaktivasi untuk mengawal pembanguna. Baik melalui aksi, gagasan, maupun kajian. Oleh sebab itu mahasiswa harus merasa “galau” terhadap pembangunan agar kewarasan sebagai kaum intelektual tetap terjaga.
Yang benar-benar Pakniany tampak begitu jelas mengingat mahasiswa selalu hadir dan menjadi bagian dari peristiwa deretan pembangunan. Kehadiran itu di isi melalui aksi dan gagasan yang distimulasi untuk menopang praksis pembangunan daerah maupun nasional.
“Indonesia Timur memiliki masalah pembangunan yang serius dan menyeluruh, semisal kasus Amdal blok masela, bila kita mengambil contoh di Maluku. Untuk itu mahasiswa harus tetap menjaga solidaritas dalam mengawal pembangunan, terkhususnya di Indonesia Timur, agar ada aksi bersama dan tidak tersekat-sekat berdasarkan suku dan golongan, ”jelasnya.
Merespon situasi itu, Ketua PJS Cabang, Miraldo Alexander Andries, menambahkan khusus untuk Gerakan Mahasiswa semisal GMKI, berjalan sesuai dengan wilayah dan medan pelayanan.
“Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa banyak kader GMKI yang terlibat aktif dalam mengadvokasi isu-isu terkini seputar pembangunan. Baik daerah maupun nasional. Seperti tidak menolak tambang dan juga amdal blok masela yang dilakukan beberapa minggu lalu, ”tambahnya. Dia mengaku, GMKI akan tetap megawal pembangunan daerah dan nasional baik melalui Lembaga organisasi maupun melalui sikap dan Tindakan para kader cerdas.
Sebagai bukti atas argumen itu, GMKI banyak yang terlibat dalam sejumlah aksi untuk mengawal proses pembangunan daerah dan juga aksi yang melibatkan petani sopi, RUU P-KS, aksi protes terhadap kebijakan pemerintah daerah dan kota dalam penanggulangan Covid-19, dan yang terakhir yakni aksi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Diskusi tersebut berjalan dengan produktif, dapat dilihat dari para peserta diskusi yang masalah masalah pembangunan dan kesejahteraan di wilayah Indonesia Timur, khususnya Maluku, NTT, dan Papua.
Diskusi tersebut ditutup dengan deklarasi yang dilakukan oleh GMKI Cabang Ambon sebagai bagian dari mahasiswa Indonesia Timur yang mendorong dan mendukung pemerintah agar dapat mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan di Kawasan Timur Indonesia . (KB-AA)