KABARBETA.COM, Ambon–Pemilihan Gubernur (Pilgub) Maluku, baru akan dihelat pada 2024 mendatang. Namun, saat ini sudah banyak ikon yang bermunculan di Media Sosial menampilkan sejumlah calon yang akan bertarung pada Pemilihan Gubernur 2024.
Ikon dari masing-masing figur tersebut, ada yang secara individu ada juga pasangan. Kendati demikian, legalitasnya hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Seperti beredar di Medsos saat ini, ikon Pilgub Maluku dengan Jargon “Paparisa”, yang secara subjektif menyebut Walikota Ambon Richard Louhenapessy, bakal mencalonkan diri sebagai Gubernur Maluku.
Kepada kabarbeta.com Minggu (30/1) , Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, membantah jika dirinya telah mengeluarkan ikon resmi untuk maju di Pilgub Maluku.
“Sampai dengan hari ini, belum ada satupun konten resmi yang saya luncurkan. Karena saya tahu diri betul, saya masih Walikota,”tegas Walikota, menepis informasi peluncuran ikon resmi Pilgub.
Walikota mengatakan, dirinya hingga kini masih menjunjung betul fatsun pemerintahan. “Nanti setelah saya selesai baru kita lihat, bahwa masyarakat sudah memberikan apresiasi, dukungan dan harapan-harapan itu, saya Oke oke saja,”ujarnya.
Menurutnya, konten-konten yang cenderung secara subjektif, dan seakan-akan menunjukkan dirinya siap maju sebagai Calon Gubernur Maluku, mestinya saat ini harus dihilangkan dulu.
“Karena dari segi pendidikan politik, menurut saya itu sangat tidak mengedukasi. Memang kita tahu bahwa masyarakat juga mempunyai pilihan-pilihan tertentu,”paparnya.
Pilihan-pilihan tertentu itu, lanjut Walikota, hendaknya harus meningkatkan kualitas pendidikan politik. Jangan justeru menempatkan pilihan-pilihan politik, sama seperti pemilihan kepala desa.
“Karena gubernur ini kan representasi dari rakyat sebuah provinsi, jadi kita harus betul-betul juga perhatikan soal etika, fatsun sosial, dan politik. Seperti itu,”terangnya.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pendukung, dan simpatisan, tapi saya mohon kiranya untuk di tangguhkan dulu, seluruh konten yang muncul di media sosial,”harapnya.
Dikatakan, ikon seperti Paparisa Muda, Papa Ris 01, serta Richard Louhenapessy, yang disebarkan di Media Sosial semua tidak resmi. “Tapi saya harus memberikan apresiasi, kepada publik yang sudah memberikan dukungan untuk itu,”ungkapnya.
“Artinya, ada harapan dari publik atau netizen, untuk paling tidak ke depan saya bisa bertarung lah. Nah harapan itu juga, yang saya perhatikan betul, dengan sungguh-sungguh soal harapan itu,”paparnya.
Lebih lanjut, Richard menjelaskan, kalau misalnya ada yang menggunakan Paparisa Muda, sebagai ikon dirinya maju di Pilgub Maluku 2024, maka itu sama sekali tidak kontekstual.
“Paparisa itu rumah kecil, itu hanya cocok dijadikan dalam jargon politik di skala Kabupaten/kota. Di Maluku ini gak mungkin pakai Paparisa, dia harus paling tidak Baileo, sebuah rumah rakyat besar,”jelasnya.
Oleh karena itu, menggunakan ikon seperti Paparisa terhadap Pilgub Maluku ke depan, sangat tidak menguntungkan secara psikologi politik. “Apakah kita terus kecil dengan Paparisa begini saja, kan gak,”tegasnya.
“Musti ada ruang dimana kita bisa ber-apresiasi lebih luas lagi, dan dalam struktur adat itu kan Baileo. Nah sehingga apa yang dipakai Gubernur Maluku Murad Ismail, dalam Pilgub Maluku 2019 lalu, sangat tepat dalam pendekatan struktural Maluku,”terangnya.
“Saya tentunya sebagai bagian dari pada warga masyarakat Maluku, saya juga suka cita untuk bisa berada didalam Baileo, atau rumah rakyat itu,”tambah Walikota Ambon dua periode ini.
Olehnya itu, Richard mengungkapkan, menggunakan istilah dalam ikon Paparisa Muda dan lain sebagainya sama sekali tidak menguntungkan.”Itu secara tidak langsung filosofi nya mengecilkan,”tegas Richard lagi.
Paparisa sebagai ikon Pilgub, seakan-akan menghubungkan kembali Walikota dan mantan Wakil Walikota Ambon, Sam Latuconsina, di Pilgub Maluku 2024 mendatang.
“Kemudian saya juga sama sekali tidak pernah membangun komunikasi dengan pak Sam Latuconsina. Beliau juga, saya dengar mau calon Bupati Maluku Tengah kan, jadi saya hanya bisa dukung saja. Tapi kalau komunikasi soal Pilgub tidak pernah sama sekali,”ungkapnya.
Richard menambahkan, dirinya sangat meminta maaf kepada seluruh pendukung dan simpatisan, sehingga berharap ikon paparisa sebaiknya jangan di jadikan sebagai jargon untuk Pilgub Maluku, karena tidak menguntungkan.
“Secara resmi belum ada ikon resmi yang saya terbitkan. Saya minta maaf kepada masyarakat. Sebab saya tidak punya ambisi-ambisi, baik secara pribadi, keluarga, ataupun kelompok. Ini hanya betul-betul untuk kepentingan Maluku ke depan saja,”tutupnya.(KB/HT)